Bandung Kota Cerita, Menjaga Angklung dalam Arsip dan Identitas Kota

KLIKNUSAE.com - Bandung kota cerita. Lalu-lalang pengunjung pusat belanja Cihampelas Walk, Minggu sore, 31 Agustus 2025 sesaat terhenti.

Di panggung sederhana, Wali Kota Bandung Muhammad Farhan duduk berdampingan dengan Taufik Hidayat Udjo (Kang Opik) dari Saung Angklung Udjo.

Keduanya berbincang santai dalam gelaran Bandung Kota Cerita edisi ketiga, membicarakan soal literasi, arsip, dan angklung sebagai warisan budaya dunia.

“Bandung punya angklung, dan kita harus beruntung,” kata Farhan.

Ia mengingatkan, sejak ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya takbenda, angklung menuntut perawatan yang tak main-main.

Salah satunya, setiap hari mesti ada kegiatan ngangklung, entah di sekolah, panggung pertunjukan, atau komunitas warga.

“Pemerintah wajib hadir untuk memastikan itu berjalan,” ujarnya.

Farhan juga membawa kabar baru. Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Disarpus) Kota Bandung akan menyiapkan layanan penyimpanan arsip karya seni angklung, termasuk lagu-lagu ciptaan.

Arsip itu, kata Farhan, bukan sekadar catatan, melainkan bukti hukum.

“Setiap karya akan dicatat, diberi stempel tanggal, dan disimpan. Kalau kelak ada sengketa hak cipta, arsip inilah pegangan hukumnya. Kota kreatif tak ada artinya bila tak punya catatan sejarah yang rapi,” ucapnya.

Pendidikan Budaya

Lebih jauh, Farhan menekankan pentingnya pendidikan budaya. Ia percaya cara terbaik mengenalkan angklung adalah lewat pengulangan.

“Saya percaya dengan drill. Kalau terus diulang, lama-lama meresap. Semua orang akan punya pengetahuan yang sama tentang angklung,” katanya.

Sementara itu Kang Opik menimpali dengan penekanan berbeda. Baginya, angklung bukan sekadar musik bambu, tapi simbol harmoni, disiplin, toleransi, dan kerja sama.

Ia tak lupa mengapresiasi konsistensi Farhan mendukung angklung sejak masa pandemi.

“Pak Farhan pernah membeli angklung untuk membantu Saung Angklung tetap hidup. Itu bukan soal nominal, tapi soal kepedulian,” katanya.

Namun, ada satu catatan yang menurutnya tak kalah penting: menjaga Bandung tetap kondusif.

Pariwisata, katanya, bergantung pada rasa aman.

“Ada turis Amerika yang membatalkan kunjungan karena terpengaruh kabar di media sosial," ungkapnya.

"Padahal Bandung aman-aman saja. Maka mari kita sebarkan berita baik, agar citra Bandung sebagai kota budaya dan wisata tetap terjaga,” tutup Kang Opik. ***

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae