Budaya Komoro Papua Pukau Publik Swiss

JELAJAH NUSA - Seni dan budaya Kamoro yang berasal dari pesisir Mimika, Papua, berhasil memukau masyarakat Swiss dalam kegiatan "Explore Remarkable Indonesia" yang digelar di Kultur & Sportzentrum-Pratteln, Swiss, pada 7-8 April 2018.

"Fokus acara `Explore Remarkable Indonesia 2018` adalah untuk mempromosikan produk-produk usaha kecil menengah (UKM) dari daerah di seluruh Indonesia sekaligus menampilkan promosi budaya baik tari maupun musik serta promosi pariwisata daerah," ujar Ketua Perkumpulan Indonesia Swiss atau Verein Indonesia-Schweiz (VIS), Lina Schmidlin, dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Kamis.

Dalam acara tersebut, seni dan budaya Kamoro berhasil memukau perhatian masyarakat Swiss dengan tarian dan ukirannya.

Ketua Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe (MWK), Luluk Intarti, mengatakan pihaknya bekerja sama dengan Yayasan Temata menampilkan seni dan budaya Kamoro.

Luluk Intarti menyatakan bahwa upaya memboyong budaya Kamoro ke mancanegara merupakan bagian penting dalam melestarikan budaya asal Papua, yang selama ini sangat minim diketahui masyarakat luas, baik nasional maupun internasional.

"Seni ukiran atau pahatan pada kayu, juga tari-tarian khas Kamoro, lambat laun pasti akan punah bila tidak dilestarikan," kata Luluk.

Sementara itu, Ketua Yayasan Temata, Rini Indyastuti, mengatakan kegiatan tersebut patut didukung berbagai pihak terutama pemerintah daerah karena pada masa mendatang potensi ekonomi yang sangat besar justru akan datang dari bidang pariwisata khususnya ekowisata, wisata budaya, dan wisata kerelawanan. Tiga bidang sub-pariwisata tersebut, menurut Rini, mampu mendongkrak potensi budaya lokal.

"Dengan berbagai potensi wisata baru yang lebih ramah lingkungan dan berbasis pada kepedulian terhadap sesama manusia dan budaya lokal, diharapkan peningkatan kesejahteraan masyarakat di berbagai tempat di Indonesia bisa tercapai," kata Rini.

Rombongan asal Mimika yang tampil di hadapan ratusan pengunjung yang memadati Kultur & Sportzentrum-Pratteln, terdiri dari Timo, selaku tokoh adat atau kepala suku serta pemahat dan juga penyanyi.

Selain itu juga ada Isak (pemahat dan penyanyi), Herman (pemahat dan penari), Elias dan Titus (penari). Mereka menggelar lokakarya hasil karya pahatan, sekaligus mempertontonkan sejumlah aksi tari-tarian Kamoro, yakni Po Tao (dayung), Tifa duduk/mbake, Mbikao (topeng roh), serta Waututa.

Salah satu suguhan unik yakni tarian Waututa yang mengisahkan kisah legenda tentang pertukaran telur burung Kasuari dan burung Maleo.

Aksi tari-tarian dibuka dengan pukulan tifa, yang dilanjutkan dengan lantunan lagu-lagu tentang cerita yang melegenda tersebut, yang dinyanyikan secara langsung oleh Timo.

Usai gelaran di Pratteln pada 10 April 2018, Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe dan Yayasan Temata bersama dengan para pemahat dan tokoh adat dari suku Kamoro akan bertolak ke St Gallen, Swiss, untuk menghadiri undangan warga setempat yang dikelola oleh VIS sekaligus mempromosikan seni dan budaya Papua.

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya