Riung Priangan Bangkit Ditengah Pandemi Covid-19, Pulihkan Kondisi Okupansi

Kliknusae.com - Pandemi Corona (Covid-19) telah memukul seluruh sektor pariwisata Jawa Barat. Termasuk industri perhotelan yang selama ini menjadi penopang Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Untuk memulihkan kembali pertumbuhan hotel dan pariwisata di masa pandemic, para praktisi perhotelan di Kota Bandung yang tergabung dalam Riung Priangan, Jumat (24/7/2020) menggelar gathering di Arion Swiss-bell Hotel Bandung.

Perhimpunan yang pengurus dan anggotanya para general manager (GM) hotel berbintang di Kota Bandung itu berkumpul memaparkan visi misi dan langkah Riung Priangan dalam mencapai visi misi tersebut.

Riung Priangan yang didirikan sejak tahun 2008 ini memperkenalkan kepengurusannya yang baru ke para awak media.

Ketua Riung Priangan Kota Bandung Arief Bonafianto mengatakan pihaknya berencana akan mencanangkan beberapa kegiatan di masa pandemi Covid-19 ini.

Kegiatan tersebut akan dilakukan dengan bekerja sama dengan beberapa pihak yang tujuannya berusaha untuk memulihkan pertumbuhan hotel dan pariwisata di masa pandemi.

"Saat ini ada beberapa acara yang sedang dijalankan yang merupakan hasil kerja sama Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat dan Dinas Pariwisata Jawa Barat, Diantaranya ada Bandung Great Sale dan West Java Great Sale 2020," kata Arief.

Pihaknya berharap kegiatan tersebut bisa membantu mempromosikan dan mengajak masyarakat untuk berkunjung lagi ke Bandung.

Menurutnya Riung Priangan yang berkolaborasi dengan seluruh insan perhotelan, restoran, dan unsur pendukung pariwisata lainnya diharapkan bisa menjadi wadah kreasi yang mampu menjadi magnet bagi wisatawan domestik dan mancanegara.

"Sehingga dapat membantu pemulihan pariwisata Bandung-Jawa Barat sebagai tujuan pariwisata terkemuka di Indonesia," imbuh Arief.

Kegiatan lainnya, lanjut Arief, sebelum beroperasi kembali, seluruh restoran dan hotel yang termasuk aggota PHRI Jabar melakukan simulasi, sosialisasi, dan uji coba pelaksanaan Cleanliness, Health, and Safety (CHS).

Penerapan CHS ini melibatkan semua bagian dalam industri pariwisata seperti hotel mulai dari karyawan, tamu, sampai fasilitas hotel maupun restoran.

Arief mengungkapkan, saat ini hampir semua hotel membatasi kapasitas tamu hotel yang hanya 50 persen dari keseluruhan, menyediakan layanan khusus kepada tamu yang ingin melaksanakan isolasi mandiri di hotel.

Lalu menyediakan wastafel atau tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun dan pembersih tangan (handsanitizer) di depan hotel atau tempat strategis lainnya.

Pembatasan aktivitas tamu hanya di dalam kamar yang dapat memanfaatkan layanan kamar (room service), serta menutup fasilitas hotel yang dapat menciptakan kerumunan orang dalam area hotel, melakukan screening pengunjung sebelum memasuki lokasi hotel seperti pengukuran suhu tubuh, penggunaan masker, dan jaga jarak.

"Sementara untuk karyawan, manajemen memastikan karyawan dalam keadaan sehat dan mewajibkan karyawan menggunakan masker, sarung tangan, dan pakaian kerja sesuai pedoman keselamatan dan kesehatan kerja," kata Arief Bonafianto.

Dalam sejarah, pandemi Covid-19 yang benar-benar merontokan  tingkat hunian kamar hotel hingga dititik nadir. Beberapa property yang tergabung dalam asosiasi yang saat ini beranggotakan 75 hotel se-Bandung ada terpaksa berhenti beroperasi.

Dari catatan mayoritas hotel okupansinya tidak ada yang di atas 50 persen. Penurunan itu terjadi sejak akhir Februari lalu.

Jika pada bulan Februari 2019 okupansi berada di rata-rata 50 persen, di bulan yang sama tahun ini berada dibawah 50 persen. Bahkan ada yang hanya 10 persen.

(adh/*)

Share this Post:

Berita Terkait