Geliat di Pasar Baru Bandung Masih Landai, Tapi Tetap Jadi Primadona

KLIKNUISAE.com Di tengah sorotan tentang menurunnya daya beli masyarakat, geliat di Pasar Baru Trade Center Bandung tetap menunjukkan denyut kehidupan.

Ketua Himpunan Pedagang Pasar Baru Bandung (HP2B), Iwan Suhermawan, mengakui bahwa arus pengunjung memang belum sepenuhnya pulih.

Namun, dibandingkan pusat niaga lain, kondisi Pasar Baru masih terbilang stabil.

“Dari sekitar 4.200 unit ruang dagang yang tersedia, kini terisi sekitar 65 persen. Angka ini masih cukup bagus jika dibanding dengan pusat niaga lainnya,” ujar Iwan kepada Kliknusae.com, Jumat, 1 Agustus 2025.

Pengamatan di lapangan pun menunjukkan geliat aktivitas yang terus bergulir. Meski tidak membeludak, pengunjung tetap mengalir.

Di berbagai sudut, spanduk bertuliskan “obral” dan “sale” mencoba menarik minat para pemburu diskon.

Para pedagang pun tampak sigap melayani, memanfaatkan setiap peluang untuk menarik perhatian calon pembeli.

Tampaknya, fenomena “rojali” (rombongan jarang beli) dan “rohana” (rombongan hanya nanya) yang sempat viral di media sosial turut terasa di pusat perdagangan rakyat ini.

Menurut Iwan, itu adalah potret baru perilaku konsumen masa kini—lebih banyak melihat-lihat ketimbang bertransaksi.

“Memang faktanya begitu. Banyak yang datang hanya untuk cuci mata atau cari inspirasi," kata Iwan.

"Tapi kami tetap syukuri karena mereka menjaga keramaian dan citra Pasar Baru sebagai tempat yang hidup,” sambungnya.

Meski begitu, Pasar Baru tetap bertahan sebagai destinasi belanja dan wisata favorit. Terutama bagi pelanggan setia yang oleh para pedagang dijuluki “romusa” (rombongan muka sama).

“Romusa itu pelanggan tetap. Kita sekarang banyak mengandalkan mereka. Wajahnya itu-itu lagi, tapi mereka konsisten belanja,” kata Iwan.

BACA JUGA: Ketua HP2B Iwan Sebut Akan Memonitor Renovasi Pasar Baru Trade Center

Tantangan Berat

Kondisi perekonomian yang belum pulih sepenuhnya memang menjadi tantangan berat.

Penurunan daya beli terasa hampir di semua pusat niaga. Tidak hanya di Bandung, tetapi juga di kota-kota besar lain di Indonesia dan Asia Tenggara.

“Ekonomi memang lagi lesu. Tapi kalau dibanding tempat niaga lain, Pasar Baru masih bisa dibilang kunjungannya bagus,” kata Iwan menegaskan.

Untuk bertahan, para pedagang tidak hanya mengandalkan toko fisik. Sekitar 50 persen dari mereka kini turut merambah pasar digital dengan menjual produk secara online.

Sayangnya, tantangan pun ikut hadir di dunia maya.

“Sepi juga. Jadi bukan cuma toko fisik yang lesu, toko online juga kena dampaknya,” ujarnya.

Iwan menambahkan, momen-momen tertentu masih menjadi harapan pedagang untuk mendongkrak penjualan.

Seperti musim haji dan masa tahun ajaran baru.

“Waktu musim orang pulang haji, toko oleh-oleh ramai. Begitu juga saat anak-anak masuk sekolah, seragam dan perlengkapannya laris,” katanya.

Ia mengajak para pedagang untuk tidak pasrah dan tetap kreatif dalam menghadapi situasi.

Menurutnya, inovasi produk, layanan yang ramah, hingga kemampuan tawar-menawar adalah elemen penting dalam menjaga daya saing Pasar Baru.

“Inovasi itu wajib. Barang harus update, pelayanan harus ramah, dan pastinya bisa ditawar. Itu seninya belanja,” ucapnya.

Meski roda ekonomi belum benar-benar pulih, Iwan menyebut semangat para pedagang Pasar Baru tetap menyala.

“Kami ini sudah teruji sejak pandemi Covid-19. Sekarang tinggal bagaimana pemerintah bisa memberikan arah yang lebih jelas,” tandasnya.

Ia berharap ada keberpihakan nyata terhadap pelaku usaha kecil dan menengah sebagai tulang punggung ekonomi rakyat.

“Semua tergantung arah kebijakan negara. Mau dibawa ke mana ekonomi rakyat ini," ungkapnya.

Pihaknya pun kini  hanya bisa bertahan, tapi negara yang harus menjamin ada pergerakan. ***

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae