Kemenpar Abadikan HUT KORPRI Melalui Video Angklung

JELAJAH NUSA - Persembahan menarik dari Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) Kementerian Pariwisata dalam memeriahkan HUT KOPRI ke-47. Sebanyak 47 karyawan Kemenpar membawakan  lagu "Mars KORPRI" dan "Ayam Den Lapeh" dengan apik diiringi music angklung.

Momen tersebut kemudian diabadikan dalam bentuk video dan menyebar ke jejaring social, seperti youtobe.

Sekretaris Kemenpar Ukus Kuswara mengatakan, video ini persembahan KORPRI, khususnya Kemenpar untuk negeri. Dengan berbusana baju daerah, menunjukkan keberagaman budaya yang ada di negeri.

"Temanya memang KORPRI untuk negeri yang penuh budaya dan tradisi. Kenapa angklung? Angklung ini luar biasa. Kekuatannya selalu menawarkan energi positif. Kolaborasi besarnya selalu memberikan experience terbaik bagi yang mendengarkan," jelas Ukus Kuswara.

Ukus menjelaskan, Angklung adalah warisan dunia dan bisa dimainkan dengan alat musik apapun. Aransemennya juga beragam. Alat musik ini juga menjadi kekayaan dengan nilai luar biasa.

"Angklung adalah kekayaan berharga. Sudah ditetapkan sebagai warisan dunia oleh Unesco sejak 16 November 2010," tambah Ukus.

Ukus menambahkan, ada banyak inspirasi yang ditunjukkan dalam video ini. Pertama, selalu mengingatkan kita akan keberagaman dalam persatuan Indonesia.

Kedua, keragaman budaya yang tumbuh dalam kehidupan masyarakat sejak dahulu harus terus diangkat menjadi kekuatan bangsa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ketiga, lanjutnya, keragaman itu antara lain meliputi ribuan pulau, suku bangsa, bahasa, agama, aliran kepercayaan, cara pandang, dan cara hidup. Meski demikian, menurut dia, keragaman itu menjadi kekuatan pemersatu bangsa dalam NKRI.

"Tak dapat dimungkiri, bangsa Indonesia telah terdiri dan terbangun dari keanekaragaman dan perbedaan sedari dulu," kata Ukus Kuswara.

Selain membawakan Mars KORPRI, kenapa membawakan lagu Minang, Sumatera Barat berjudul "Ayam Den Lapeh"? Lagu ini diciptakan oleh Abdul Hamid.

Lagu tradisional ini sangat populer. Tidak hanya di kawasan Minang, tetapi juga sampai di Malaysia hingga Vietnam. Tidak heran jika banyak versi yang dapat dijumpai mengenai lirik lagu ini.

Tetapi secara keseluruhan lagu ini adalah ekspresi perasaan kehilangan sesuatu yang berharga, yang kemudian dikonotasikan dengan (ayam).

Sebuah teks yang sarat simbol, berarti banyak juga kemungkinan-kemungkinan yang akan hadir dalam interpretasi lirik lagu ini.

"Hal ini sesuai dengan nada lagunya yang sangat jauh dari kesan muram dan sedih. Bahkan bisa dibilang sangat ceria. Hal ini dimaksudkan untuk melupakan nasib buruk yang telah lewat dan seperti berpesan tak ada gunanya berlarut-larut dalam kesedihan. Indonesia bisa bangkit," papar Ukus.

Bila Anda penasaran seperti apa penampilannya, silakan kunjungi videonya di linkhttps://www.youtube.com/watch?v=PKATRX27dyo. Video ini dipersembahkan Kemenpar untuk diikutkan dalam lomba angklung dalam rangka HUT ke-47 Korpri.

(adh)

Share this Post:

Berita Terkait